Awan pekat mulai menyelimuti setiap sore di kota ini. Pertanda datangnya musim penghujan. Senang tentu sangat senang menyambut musim berganti setelah sekian lama menikmati kemarau yang semakin panas. Sesuatu hal yang baru memang menyenangkan, itulah mengapa setiap orang cenderung menginginkan adanya perubahan di dalam kehidupannya yang katanya hidup lebih berwarna.
Hujan yang turun masih "malu-malu", ingin rasanya menikmati guyuran hujan yang begitu deras. Apalagi bermain dibawahnya, mandi hujan yang menyenangkan.
Namun mendengar dan melihat berita tentang topan yang melanda Philipina sungguh memilukan. Melihat gambar kumpulan awan yang di foto dari satelit begitu menakutkan. Hujan itu adalah sebuah berkah di musim kemarau yang kering namun menjadi petaka ketika volume hujan itu begitu besar.
Tidak berbeda dengan segala berkah yang kerap diminta ketika berdoa, akan menjadi mala-petaka ketika itu datang berlebihan. Banyak cerita yang mengisahkan tentang sesuatu yang terlalu adalah tidak baik. Seperti kisah Dewi Sita istri Dewa Rama yang menderita akibat terlalu cantik, Raja Bali yang kehilangan kesempatan untuk menguasai semesta karena terlalu dermawan. Duryodana yang kehilangan segalanya karena terlalu jahat.
Di dalam Niti-Sastra terdapat sebuah seloka yang berbunyi " Hidup jangan terlalu lurus, seperti pohon di hutan yang luruslah yang ditebang". Bagaimana menginterprestasikan seloka tersebut tentu masing-masing memiliki penafsiran yang berbeda. Mungkin yang tersirat adalah makna untuk tidak kaku dalam menjalani kehidupan.
Kembali pada hujan, semoga musim hujan kali ini adalah berkah yang membuat para kodok bernyanyi riang dan tunas-tunas hijau berlomba tumbuh menghiasi alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar