quote today

tidak ada yang bisa menyakiti diriku tanpa ijinku

Minggu, 17 November 2013

A song for YOU

there's a moment
when I can see your face
I can see your smile
your laugh to me
there's a moment
when you hold my hand so tight
you hanging on my shoulder
for a while
but where are you now
you leave me all alone
you take away my bright
can't see you in my life
I miss you
I miss you
If I can take a back the time
I can reclaim my fate
I can make you mine
but where are you now
you leave me all alone
you take away my bright
you make me lose my faith
but where are you now
you leave me all alone
you take away my bright
I need you
I need you

Rabu, 13 November 2013

Perubahan dalam ruang waktu

Transformasi atau perubahan selalu menjadi pilihan dalam usaha pencapaian tujuan yang lebih baik. Inovasi dan kreasi yang terus digali melalui riset-riset atau pengembangan, pemutakhiran diklaim untuk menemukan perubahan yang lebih baik. Walaupun dalam suasana yang tidak menyenangkan, naluri manusia untuk terus melakukan perubahan, beradaptasi dengan lingkungan terus menerus tergali yang melahirkan produk-produk baru. Sebagai contoh ketika pada masa perang dunia, dalam kesengsaraan manusia terus menemukan alat-alat baru yang pada saat itu digunakan untuk berperang tapi lambat laun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesungguhnya telah dimulai dari masa pra sejarah. Pada masa manusia purba mulai menciptakan senjata untuk melindungi diri, kemudian menjadi alat-alat yang digunakan untuk bercocok tanam sehingga perubahan budayapun yang diklaim lebih baik terlahirkan. Dari kebiasaan "food gathering" beralih ke kebiasaan "food producing".

Transformasi atau perubahan seakan-akan merupakan kebiasaan yang telah membudaya dalam kehidupan manusia. Manusia yang dianugerahi kemampuan penalaran dan pikiran, akal-budhi yang dapat membedakan, menterjemahkan, memimpikan dan menciptakan suatu cipta/kreasi telah menjadi makhluk yang dianggap paling mulia. Manusia adalah makhluk individu yang mampu bersosialisasi, beradaptasi dengan lebih baik dibandingkan makhluk-makhluk hidup yang lain menjelma menjadi ras pemimpin di dunia. Dengan perubahan/evolusi yang tercipta berawal dari pikiran, lahir sebagai tindakan yang terus-menerus dilakukan sebagai sebuah kebiasaan hingga pada akhirnya membentuk budaya dari peradaban manusia.

Perubahan adalah siklus yang pada akhirnya kembali pada awal mula kondisinya. Seperti kelahiran dan kematian yang dialami oleh setiap makhluk. Seperti ketika seseorang terlahir di dunia, mengalami masa kecil, muda dan tua hingga pada akhinya mati. Perubahan yang dialaminya pada saat mati adalah kembali kepada kondisi awal dimana ia terlahir. Dan hal ini berlaku pada setiap apapun itu. Contoh yang lain adalah siklus air yang terus menerus berputar, berubah wujud yang pada akhirnya kembali pada kondisi awal sebagai air setelah berubah menjadi uap ataupun es yang berbentuk padat. Zaman pun demikian, suatu saat ketika telah mencapai pada puncak evolusinya pasti akan kembali pada kondisi awal dimana sejarah belum tercatat.

Ini adalah sebuah rahasia yang telah diketahui namun tak dipahami oleh sebagian banyak orang. Di dunia yang disebut sebagai dunia fana, dimana keabadian tidak ditemukan manusia terjebak dalam perubahan-perubahan yang membuat dirinya terlupa pada awal kondisi semula. Tentang siapakah dirinya sebenarnya? dan tentang tujuan kehidupan yang dijalaninya. Hanya waktu yang tak berwujud tetapi abadi yang terus ada menjadi saksi yang menyimpan misteri. Waktu yang disebut kala, masa lalu, masa kini dan masa depan.
Waktu yang membagi setiap perubahan, waktu yang membatasi awal dan akhir.


Selasa, 12 November 2013

Hujan

Awan pekat mulai menyelimuti setiap sore di kota ini. Pertanda datangnya musim penghujan. Senang tentu sangat senang menyambut musim berganti setelah sekian lama menikmati kemarau yang semakin panas. Sesuatu hal yang baru memang menyenangkan, itulah mengapa setiap orang cenderung menginginkan adanya perubahan di dalam kehidupannya yang katanya hidup lebih berwarna. 

Hujan yang turun masih "malu-malu", ingin rasanya menikmati guyuran hujan yang begitu deras. Apalagi bermain dibawahnya, mandi hujan yang menyenangkan. 

Namun mendengar dan melihat berita tentang topan yang melanda Philipina sungguh memilukan. Melihat gambar kumpulan awan yang di foto dari satelit begitu menakutkan. Hujan itu adalah sebuah berkah di musim kemarau yang kering namun menjadi petaka ketika volume hujan itu begitu besar.

Tidak berbeda dengan segala berkah yang kerap diminta ketika berdoa, akan menjadi mala-petaka ketika itu datang berlebihan. Banyak cerita yang mengisahkan tentang sesuatu yang terlalu adalah tidak baik. Seperti kisah Dewi Sita istri Dewa Rama yang menderita akibat terlalu cantik, Raja Bali yang kehilangan kesempatan untuk menguasai semesta karena terlalu dermawan. Duryodana yang kehilangan segalanya karena terlalu jahat.

Di dalam Niti-Sastra terdapat sebuah seloka yang berbunyi " Hidup jangan terlalu lurus, seperti pohon di hutan yang luruslah yang ditebang". Bagaimana menginterprestasikan seloka tersebut tentu masing-masing memiliki penafsiran yang berbeda. Mungkin yang tersirat adalah makna untuk tidak kaku dalam menjalani kehidupan.

Kembali pada hujan, semoga musim hujan kali ini adalah berkah yang membuat para kodok bernyanyi riang dan tunas-tunas hijau berlomba tumbuh menghiasi alam.

Sabtu, 09 November 2013

Renungkanlah

Pengalaman hari yang lalu tidak patut untuk disesali walaupun itu sangat menyakitkan. Banyak hal yang telah dilakukan mungkin itu salah dan mengakibatkan sesuatu yang buruk, tapi sangat bijak bila tidak menyalahkan diri terhadap apa yang telah terjadi. Jika kita memahami dan meyakini bahwa kita merupakan alat yang digunakan oleh Tuhan untuk menjalankan sesuatu yang  disebut sebagai suratan takdir. Maka penyesalan terhadap masa lalu adalah suatu kesalahan. Mungkin secara sengaja kita melakukan suatu kesalahan atau mungkin juga tanpa sengaja. Kesalahan itu menimbulkan akibat negatif baik untuk diri kita sendiri dan atau orang lain. Oleh karenanya kita menyesal mengapa sampai melakukan kesalahan tersebut. Tapi itu sesuatu yang tidak bijaksana.

Mungkin kita tidak menyadari tentang suratan takdir yang telah dirancang oleh Tuhan bagi ciptaan-Nya. Seseorang di dunia ini sedang menikmati hasil karma yang telah diperbuat di kehidupan yang dahulu. Begitu pula dengan diri kita sendiri. Melalui tangan kita Tuhan menyampaikan hasil karma itu yang harus dihabiskan oleh pemiliknya. Mungkin itu merupakan sesuatu hasil yang buruk atau mungkin sesuatu yang baik, tapi tidak menjadi faktor penentu karena memang seharusnya hasil karma itu dinikmati dan dihabiskan oleh pemiliknya.

Seperti yang terjadi pada masa lalu ketika terjadi perang Barata-Yudha. Ketika Sang Arjuna harus berperang melawan keluarganya sendiri, melawan teman-temannya, melawan guru dan kakeknya yang sangat dihormatinya. Ada keraguan untuk melakukan perang tersebut tapi memang harus dilakukan oleh karena Tuhan sendiri menghendakinya untuk menyampaikan hasil-hasil karma dari orang-orang yang ikut dalam perang tersebut. Termasuk dirinya sendiri.

Dengan menyadari bahwa kita adalah sebuah alat yang digunakan oleh sang pencipta untuk mengatur kehidupan, seperti melakoni sebuah cerita maka kita harus sadar bahwa semua apa yang terjadi maka akan terjadi dan apa yang tidak akan terjadi tidak akan pernah terjadi.
Lebih bijaksana lagi apabila kita menyerahkan segala hasil dari suatu perbuatan kepada-Nya.
Hidup adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Tanpa mengikatkan diri terhadap hasil dari kewajiban itu maka niscaya ketenangan dan kedamaian akan kita nikmati.
Tetapi bukan berarti kita boleh melakukan segala sesuatu tanpa memperhitungkan atau hanya untuk memenuhi apa yang kita inginkan. Hukum karma-phala atau yang sering disebut hukum sebab akibat harusnya selalu dipegang teguh dalam menjalankan kehidupan. Jika kita melakukan sesuatu yang buruk maka hasilnyapun akan buruk demikian pula sebaliknya.
Mari menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Minggu, 03 November 2013

Geram

Sewaktu perjalanan balik ke Amlapura di atas kapal motor penumpang penyeberangan dari pelabuhan Lembar menuju Padang bai ada sesuatu yang membuatku geram. Sebenarnya hal ini sangat sering dijumpai dan mungkin sudah terbiasa, tetapi hal ini adalah sesuatu yang salah. Oleh karena itulah geram ketika menyaksikannya sendiri seraya bertanya apakah budaya masyarakat begitu rendah tidak berpendidikan?

Kelakuan membuang sampah tidak pada tempatnya atau sembarangan masih sangat banyak ditemui. Padahal di atas kapal itu sudah dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah/tong sampah yang memadai dan himbauan berupa tulisan yang di tempel di dinding-dinding banyak dijumpai. Namun masih saja kelakuan buruk itu dilakukan. 
Parahnya itu dilakukan oleh orang yang sudah dewasa, oleh seseorang yang tentu telah mengenyam tingkat pendidikan yang bukan taman kanak-kanak lagi. Paling tidak untuk membaca tanda larangan bukanlah menjadi masalah dan memahaminya. 

Adalah seorang pria dewasa sedang menikmati seputung rokok di pinggir relling kapal. Didepannya yang berjarak kurang dari satu meter terdapat tong sampah berukuran besar dan diatas tong sampah itu tertempel larangan membuang sampah ke laut. Setelah rokok yang dinikmatinya habis, dengan tanpa berdosa atau perasaan bersalah dan malu ia membuang putung rokok yang masih menyala itu ke laut. Diri ini yang melihat tindakan itu menjadi sangat geram.

Tindakan yang telah dilakukannya bukan hanya soal membuang sampah yang sederhana tapi juga dapat berakibat pada bahayanya keselamatan. Mungkin bila berpikir jauh lebih besar sepuntung rokok yang di buang itu akan berdampak pada pencemaran lingkungan yang mempengaruhi kehidupan biota-biota laut tapi secara sempit tindakannya sangat membahayakan keselamatan penyeberangan kapal saat itu karena putung rokok yang masih menyala itu dapat tertiup angin laut yang kencang dan jatuh di lahan yang mudah terbakar sehingga menyebabkan kebakaran.

Perilaku membuang sampah sembarangan oleh masyarakat masih sering dijumpai. Membuang sampah ke sungai, atau laut atau ditempat yang tidak seharusnya masih banyak dilakukan. Padahal sosialisasi-sosialisasi tentang pentingnya hidup bersih, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan bukan sesuatu yang baru. Sudah dari dahulu dingatkan bahwasannya kebersihan adalah sebagian daripada iman, tapi tetap saja masih dilakukan (membuang sampah sembarangan). Mungkinkah ini sudah menjadi budaya di masyarakat?
Semoga diri ini selalu diingatkan akan kejadian menggeramkan tersebut dan menyadarkan diri ini untuk tidak membuang sampah sembarangan.