quote today

tidak ada yang bisa menyakiti diriku tanpa ijinku

Minggu, 15 November 2015

kebencian bukanlah ajaran agama

Akhir pekan lalu terjadi peristiwa yang mengejutkan, menyedihkan Dan mengerikan. Beberapa serangan brutal Dan bom bunuh diri dilancarkan di beberapa tempat dalam waktu yang hampir bersamaan Dan menewaskan ratusan orang yang tak bersalah. Lalu aksi brutal tersebut diklaim dilakukan oleh kelompok militant yang mengaku bertanggung jawab. 
Sungguh peristiwa yang memilukan Dan semua orang bertanya mengapa terjadi?
Entah APA alasan pelaku melakukan tindakan biadab tersebut, apakah rasa balas dendam ataukah Sudah direncanakan untuk mencapai tujuan Dari kelompoknya. Namun yang membuat saya masih bertanya adalah mengapa agama menjadi salah satu hal yang dituduh penyebab semua kekerasan ITU?
Apakah agama mengajarkan kebencian? Apakah agama mengajarkan kekerasan? Jika iya, sungguh bodoh orang yang mengikuti ajaran ITU. Agama sebagai suatu yang mendasari manusia percaya pada sang maha ada sang maha pencipta menurutku tidak akan mengajarkan kebencian.


Senin, 02 November 2015

ready to ride

Di Amlapura banyak tempat untuk menghabiskan waktu diantaranya dengan bersepeda melewati trek-trek sawah, pantai, dengan jalur yang berkelok Dan tanjakan serta turunan.



Kamis, 17 September 2015

Rabu, 12 Agustus 2015

renungan ku siang ini

Aku ingin kuat seperti Bima,Aku ingin tangkas dan berani seperti Arjuna,Aku ingin jujur dan bijaksana seperti Yudistira,Aku ingin rupawan seperti Nakula, danAku ingin cerdas seperti Sahadewa.


Semua tahu Panca Pandawa adalah lima kepribadian yang menjadi satu, kesetiaan pada ajaran dharma membuat mereka memenangi perang barata yang termashyur itu. Memerintah dunia dengan kebenaran dan mencapai kedudukan tertinggi pada swarga loka.

Semua penderitaan yang mereka alami sebagai hukuman atas perjudian yang dilakukan, yang mengharuskan mereka mengasingkan diri ke dalam hutan memiliki hikmah memperkuat lahir dan bathin mereka melalui pengalaman-pengalaman yang memberikan anugerah kepada mereka. Diantaranya bertambah kuatnya Bima setelah bertemu dengan saudara tuanya - Hanoman, bertambah saktinya Arjuna setelah bertapa di indrakila dan dianugerahi senjata sakti, serta Yudistira yang mendapatkan restu dari ayahnya langsung - Dewa Yama.

Namun dalam peperangan barata, tidak terhindarkan tindakan-tindakan berdosa harus diambil oleh para Panca Pandawa demi tujuan yang lebih mulia. Hal ini dibayar dengan menjadi penghuni neraka walau hanya selama sepertiga belas hari. 

Panca Pandawa sangat menginginkan perdamaian pada mulanya, namun mereka tidak mampu menghindari takdir yang harus mereka lalui. Arjuna-pun demi memuaskan dirinya sendiri sempat menjadi ragu dan tidak mampu bergerak setelah melihat kenyataan yang harus dihadapinya bahwa ia harus melawan sanak keluarganya sendiri, teman, sepupu, guru bahkan kakekya Bisma yang paling dicintainya. Atas nasehat dan pencerahan yang diberikan oleh Sang Krsna, akhirnya ia sadar akan kewajiban yang harus ia tunaikan di perang barata itu. Bahwa ia hanya melakukan apa yang telah digariskan oleh Sang Pencipta untuk tujuan menegakkan kembali dharma di dunia. Akhirnya tanpa ragu Arjuna berperang membasmi musuh-musuhnya di medan perang.

Semua yang terjadi dalam epos besar Mahabarata, terjadi pada diri kita. Perang saudara yang merupakan refleksi dari perang antara kebenaran dan kebatilan terus terjadi di dalam diri kita. Godaan duniawi cenderung membutakan mata dan telinga kita untuk berjalan pada ketidakbenaran seperti yang dilakukan Duryodana sehingga ia menemui kehancuran.

Pada akhirnya jalan mana yang akan kita tempuh dalam menjalani kehidupan ini tergantung pada kita sendiri. Dengan bercermin pada kisah yang dialami oleh Panca Pandawa, hanya dharma yang akan menyelamatkan diri kita dari kehancuran.Renungan 

Selasa, 28 Juli 2015

Renungan

Beberapa kesalahan telah tercetak dalam lembar kisah kehidupan. Beberapa mungkin akan pudar seiring berjalannya waktu dan menghilang, namun ada beberapa yang begitu menodai lembaran tersebut tidak mudah untuk dihilangkan dan membekas. Bercak-bercak noda tersebut mengurangi keindahan daripadanya.
Namun janganlah bermurung diri, lihatlah lebih luas dari sudut pandang yang lain akan keberadaan noda (kesalahan) itu. Bukankah terlihat sesuatu yang "indah"?.

Dalam sebuah perjalanan hidup, kita mungkin tidak menyadari telah melakukan suatu kesalahan dan hal itu adalah manusiawi. Namun berbeda halnya jika kita melakukan kesalahan itu terus-menerus yang dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku yang bodoh. 

Manusia tidak berdaya akan godaan duniawi yang menarik kecerdasannya menuju jurang kebodohan apabila ia tidak mampu mengendalikan "kuda liar" pikiran yang menarik "kereta" raganya untuk suatu pemenuhan keinginan. Pada akhirnya ia terjerumus dalam sebuah kesalahan. Namun tidak demikian jika ia memiliki kendali yang hebat dalam mengontrol kuda liar tersebut. Kendali yang mampu membawa keselamatan untuk dirinya. Kendali yang dikenal dengan "kebenaran".

Pengetahuan tentang kebenaran akan menyelamatkan diri dari jalan kesalahan. Namun pengetahuan itu tidak hanya untuk diketahui, tapi harus diresapi dan diamalkan. Dengan demikian raga dan jiwa akan selamat hingga sampai pada tujuan hidup.

Sebuah kesalahan harusnya diketahui dan disadari oleh diri ini sehingga akan mampu menghindari kesalahan yang sama untuk tidak berulang. Dengan pengetahuan tentang kebenaran, perkuat diri dan bentengi diri dari godaan duniawi yang dapat menjatuhkan pada jurang kesalahan.