quote today

tidak ada yang bisa menyakiti diriku tanpa ijinku

Selasa, 03 Juli 2012

Sebuah Renungan II

Waktu terus bergulir dan berlalu seiring terbit dan tenggelamnya matahari di batas cakrawala. Tanpa kita sadari kehidupan yang kita jalani semakin beranjak senja dan meninggalkan banyak cerita masa lalu. Sementara itu, di depan kita tahu masih banyak yang akan  kita hadapi. Tentunya apa yang kita hadapi di depan adalah hasil dari semua yang telah kita perbuat di masa lalu. Kita menyadari akan hal itu dengan baik, namun sering kita menyaksikan diri kita sendiri menyesali atau tidak menerima akan suatu yang buruk terjadi.

Kita lupa untuk memberikan yang terbaik saat ini, sehingga hari esok juga akan datang lebih baik. Lupa untuk memberikan yang terbaik dapat disebabkan karena kita terjebak dalam buaian kesenangan, kenyamanan dan kemabukan akan suatu kepuasan. Oleh karena itu banyak orang berkata “ kita baru akan merasa memiliki disaat kita sudah merasa kehilangan”. Buaian akan kesenangan dan kenyamanan yang memabukkan itu, membuat kita tidak sadar dan terbelenggu dalam suatu batas aman sehingga kita tidak melakukan kerja yang lebih keras dan lebih baik. Namun ketika kesenangan itu berlalu seiring berjalannya waktu maka kita akan mengetahui diri kita telah kehilangan suatu kesempatan untuk hal yang lebih baik. Kita merasa tertinggal dari orang lain yang  telah melangkah lebih jauh disaat kita terbuai dalam kesenangan. Lalu apa yang akan terjadi?, tidak lain adalah rasa bingung, sesal yang pada akhirnya melahirkan suatu kemarahan bukan hanya terhadap diri kita sendiri tetapi juga kemarahan kepada orang lain sebagai akibat oleh rasa kecemburuan dan atau iri hati terhadap keberhasilan mereka.

Kita marah kepada diri kita karena suatu penyesalan. Kita marah kepada orang lain karena suatu iri hati. Jika kita berlaku demikian, itu berarti kita telah masuk kedalam lubang kebodohan yang membawa kita dalam kegelapan. Untuk itu diperlukan suatu lentera yang dapat melenyapkan gelapnya kebodohan itu. Lentera hati, lentera jiwa dan lentera kecerdasan adalah sumber cahaya yang mampu menerangi dunia kita. Kebodohan yang besar mampu meredupkan cahaya dari ketiga lentera itu tetapi apabila kita tetap berada dalam suatu kesadaran untuk terus menjaga agar ketiga lentera tersebut berpendar jauh lebih terang melalui usaha kerja yang baik dan lebih keras, bukan tidak mungkin cahaya yang terang akan menuntun dan menyinari setiap langkah yang kita ambil dalam perjalanan kehidupan ini. 

Lalu bagaimanakah cara untuk membuat ketiga lentera itu bersinar terang?

Lentera hati adalah berbahan bakar emosional yang lebih kita tahu melalui rasa cinta kasih dan benci. Cinta dan benci, suka dan tidak suka, panas dan dingin merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Pada saat kita mencintai, disaat itu pula kita membenci. Pada saat kita menyukai, disaat itu pula kita tidak menyukai. Dua hal yang bertolak belakang ini selalu beriringan dan mempengaruhi setiap keputusan dalam tindakan perilaku kita. Lalu manakah yang lebih baik?  Selayaknya kita harus mampu tenang dalam menghadapi dua hal tersebut, tidak berpihak kepada salah satu dan menganggap sama. Sikap hati yang tenang dan tidak berpihak tersebut adalah bentuk sikap melepaskan diri terhadap pengaruh emosional yang akan mengikat diri ini pada penyesalan dan kesenangan.

Lentera jiwa bersumber dari dalam spiritualitas diri yang merupakan energi dari kehidupan dan suatu yang kadang kosong namun berisi dan sebaliknya kadang berisi tetapi kosong. Merupakan misteri yang terkubur dalam diri.

Lentera kecerdasan adalah sumber cahaya yang kerap kali kita gunakan dan sepanjang kehidupan ini kita selalu berupaya untuk membuatnya lebih baik.

Semoga kita mampu menerangi jalan hidup ini dengan lentera yang terang sehingga tidak tersesatkan pada arah tujuan yang tidak seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar