Dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali terdapat salah satu jenis upakara yang sangat sederhana ( kecil ) namun memiliki nilai filosofi yang tinggi.
Adalah canang atau yang sering disebut canang sari merupakan nama upakara tersebut. Digunakan sebagai sarana persembahyangan setiap hari oleh masyarakat Hindu Bali.
Canang dibuat dari janur pohon kelapa, berupa wadah yang memiliki delapan sudut. Bagian-bagian dari canang terdapat porosan, kembang rampai, bunga, sampaian uras.
Canang adalah simbol dari alam semesta, simbol dari bhuwana agung. Bentuk canang yang memiliki sudut delapan merupakan pengejawantahan atau simbol dari semesta yang memiliki delapan arah mata angin dengan poros ditengah.
Porosan dibuat dari potongan janur dan daun kapur sirih yang dirangkai menyerupai tanda + diletakkan paling bawah pada alas canang dengan posisi di tengah. Disebut porosan karena merupakan poros dari canag itu sendiri. Memiliki nilai sebagai unsur rwa bhineda ( unsur dualisme ), purusa-prakerthi ( laki-perempuan ), suka-duka, siang-malam unsur dualisme yang selalu ada di alam semesta.
Bunga adalah sebagai lambang, kedamaian, ketulusan hati.
Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas sebuah sampian uras,
sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda kehidupan ini
hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat
mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.
Kembang rampai akan ditaruh di atas susunan/rangkaian bunga-bunga pada
suatu canang, kembang rampai memiliki makna sebagai lambang
kebijaksanaan. Dari sekian macam
bunga, tidak semua memiliki bau yang harum, ada juga bunga yang tidak
memiliki bau, begitu juga dalam kita menjalani kehidupan ini, tidak
selamanya kita akan dapat menikmati kesenangan adakalanya juga kita akan
tertimpa oleh kesusahan, kita tidak akan pernah dapat terhindar dari
dua dimensi kehidupan ini. Untuk itulah dalam kita menata kehidupan ini
kita memiliki kebijaksanaan
Pada sebuah canang sering dilengkapi dengan Beras atau wija sebagai lambang Sang Hyang Atma (jiwa) , yang menjadikan
badan ini bisa hidup, Beras/wija sebagai lambang benih, dalam setiap
insan/kehidupan diawali oleh benih yang bersumber dari Ida Sang Hyang
Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa )yang berwujud Atma.
Sampian Uras. Sampian uras dibuat dari rangkaian janur yang ditata
berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari delapan ruas atau helai,
yang melambangkan roda kehidupan dengan Astaa iswaryanya/delapan
karakteristik yang menyertai setiap kehidupan umat manusia. Yaitu :
Dahrma (Kebijaksanaan), Sathyam (Kebenaran dan kesetiaan), Pasupati
(ketajaman, intelektualitas), Kama (Kesenangan), Eswarya (kepemimpinan),
Krodha (kemarahan), Mrtyu (kedengkian, iri hati, dendam), Kala (
kekuatan). Itulah delapan karakteristik yang dimiliki oleh setiap umat
manusia, sebagai pendorong melaksanakan aktivitas, dalam menjalani roda
kehidupannya.
Demikianlah sedikit dari arti sbuah Canang yang sederhana namun syarat dengan nilai filosofi yang begitu kental dan tinggi. Sebagai wujud persembahan yang tulus kepada Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar