Kerapkali kita mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, rasa
sakit dan semua penderitaan; maka kita akan selalu mencari penyebab atau
sumber dari semua itu dan mulai menyalahkannya atas derita yang kita
rasakan. Kita sering memposisikan diri sebagai korban yang tak bersalah
dan sebaliknya mencari sesuatu atau orang lain untuk disalahkan.
Kita
mengasihi diri kita sendiri, menganggap yang telah kita lakukan adalah
benar dan selalu membela diri atau mencari sebuah pembenaran. Kecenderungan untuk bersikap seperti demikian muncul sebagai akibat dari
kebiasaan yang kerap memposisikan diri sebagai objek penderita
(korban).
Memang benar pada suatu kejadian ketika ada
seseorang yang telah benar menyakiti kita, menjadikan kita merasa begitu
menderita maka kita akan berada pada posisi korban. atau pada saat kita
mendapatkan rasa sakit akibat dari makanan yang kita asup, maka kita pun
berada pada posisi sebagai korban. Atau pada saat kita merasakan sakit
yang diakibatkan dari rasa cinta yang terhianati, kita juga berada pada
posisi korban.
Pernahkah kita mendengar kalimat dari seorang bijak yang mengatakan "Tidak ada orang yang dapat menyakitiku tanpa izinku".
Jika kita mencoba
untuk merenungkan makna dari kalimat bijak tersebut diatas maka kita
pun pasti akan menyetujuinya. Bahwa tak satupun benda, seseorang atau
apapun itu akan bisa menyakiti kita atau memposisikan kita
sebagai korban apabila kita tidak mengijinkan hal itu terjadi.
Tidak ada seseorang yang akan menyakiti kita baik secara fisik maupun psikis apabila kita tidak mengijinkannya
Tidak ada makanan yang akan membuat kita sakit jika kita tidak mengijinkannya dengan cara tidak mengasupnya.
Tidak ada cinta yang menyakitkan hati apabila kita tidak mengijinkannya dengan menjaganya dengan baik.
Dengan
tidak mengijinkan rasa sakit atau derita itu datang atau hadir dalam
diri kita maka tentunya kita tidak akan menjadi korban dan merasa
tersakiti.
Bagaimanakah caranya? untuk tidak mengijinkan rasa sakit itu ada?
Dengan
membentengi diri dengan pengetahuan yang benar, meningkatkan kemampuan
baik secara fisik, emosional, intelektual dan spiritual serta selalu
waspada pada segala sesuatu yang akan masuk kedalam diri baik yang
melalui makanan, melalui mata, hidung, telinga ( sembilan lubang/pintu
yang ada dalam tubuh), maka kita pasti akan terhindar dari rasa derita/
sakit.
Ditambah dengan pengendalian diri yang sempurna, sikap yang mengedepankan kebenaran, kejujuran, cinta kasih, keberanian yang menjadikan diri kita teguh dan kuat serta integritas yang tinggi. Tentunya tidak lupa pada bakti dan selalu berserah diri kepada yang memiliki segalanya, sumber dari segalanya, yang merupakan awal dan akhir dari segala Tuhan Yang Maha Pengasih.